Jumat, 25 Februari 2011

TEORI PSIKOANALISA YANG MENGGAMBARKAN KEPRIBADIAN MENURUT SIGMUD FREUD DAN ERIK ERIKSON


Tugas Softskill Kesehatan Mental

TEORI PSIKOANALISA YANG MENGGAMBARKAN KEPRIBADIAN MENURUT SIGMUD FREUD DAN ERIK ERIKSON

A.  Teori Psikoanalisa menurut Sigmund Freud 

Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkatan kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious). Konsep dari teori Freud yang paling terkenal adalah tentang adanya alam bawah sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku. Freud kemudian ia berhasil menggunakan metode baru untuk menyembuhkan penderita tekanan Psikologis yaitu asosiasi bebas dan analisis mimpi

Dasar terciptanya metode tersebut adalah dari konsep alam bawah sadar, asosiasi bebas adalah metode yang digunakan untuk mengungkap masalah-masalah yang ditekan oleh diri seseorang namun terus mendorong keluar secara tidak disadari hingga menimbulkan permasalahan. Sedangkan Analisis Mimpi, digunakan oleh Freud dari pemahamannya bahwa mimpi merupakan pesan alam bawah sadar yang abstrak terhadap alam sadar, pesan-pesan ini berisi keinginan, ketakutan dan berbagai macam aktivitas emosi lain, hingga aktivitas emosi yang sama sekali tidak disadari. Sehingga metode Analisis Mimpi dapat digunakan untuk mengungkap pesan bawah sadar atau permasalahan terpendam, baik berupa hasrat, ketakutan, kekhawatiran, kemarahan yang tidak disadari karena ditekan oleh seseorang. Ketika hal masalah-masalah alam bawah sadar ini telah berhasil di-ungkap, maka untuk penyelesaian selanjutnya akan lebih mudah untuk diselesaikan.

Sigmund Freud, yang mengemukakan gagasan bahwa kesadaran itu hanyalah bagian kecil saja dari kehidupan mental, sedangkan bagian yang terbesarnya adalah justru ketaksadaran atau alam tak sadar. Freud mengibaratkan alam sadar dan tak sadar itu dengan sebuah gunung es yang terapung di mana bagian yang muncul ke permukaan air (alam sadar) jauh lebih kecil daripada bagian yang tenggelam (alam tak sadar).
.
     Teori psikoanalisis struktur kepribadian manusia terdiri dari id, ego dan superego. Id adalah struktur paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut prinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera. Ego berkembang dari id, struktur kepribadian yang mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia. Superego, berkembang dari ego saat manusia mengerti nilai baik buruk dan moral. Superego merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntutan moral. Apabila terjadi pelanggaran nilai, superego menghukum ego dengan menimbulkan rasa salah.

     Gerald Corey menyatakan dalam perspektif aliran Freud ortodoks, manusia dilihat sebagai sistem energi, dimana dinamika kepribadian itu terdiri dari cara-cara untuk mendistribusikan energi psikis kepada id, ego dan super ego, tetapi energi tersebut terbatas. Maka, satu diantara tiga sistem itu memegang kontrol atas energi yang ada dengan mengorbankan dua sistem lainnya. Jadi, kepribadian manusia itu sangat ditentukan oleh energi psikis yang menggerakkan.

     Jadi, sistem kerja ketiga struktur kepribadian manusia tersebut adalah: 

Pertama, Id merupakan sistem kepribadian yang orisinil, dimana ketika manusia itu dilahirkan ia hanya memiliki Id saja, karena ia merupakan sumber utama dari energi psikis dan tempat timbulnya insting. Id tidak memiliki organisasi, buta, dan banyak tuntutan dengan selalu memaksakan kehendaknya. Seperti yang ditegaskan oleh A. Supratika, bahwa aktivitas Id dikendalikan oleh prinsip kenikmatan dan proses primer.

Kedua, Ego mengadakan kontak dengan dunia realitas yang ada di luar dirinya. Di sini ego berperan sebagai “eksekutif” yang memerintah, mengatur dan mengendalikan kepribadian, sehingga prosesnya persis seperti “polisi lalulintas” yang selalu mengontrol jalannya id, superego dan dunia luar. Ia bertindak sebagai penengah antara insting dengan dunia di sekelilingnya. Ego ini muncul disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan dari suatu organisme, seperti manusia lapar butuh makan. Jadi lapar adalah kerja Id dan yang memutuskan untuk mencari dan mendapatkan serta melaksanakan itu adalah kerja ego. Sedangkan yang ketiga, superego adalah yang memegang keadilan atau sebagai filter dari kedua sistem kepribadian, sehingga tahu benar-salah, baik-buruk, boleh-tidak dan sebagainya. Di sini superego bertindak sebagai sesuatu yang ideal, yang sesuai dengan norma-norma moral masyarakat.

Perkembangan Kepribadian

Perkembangan manusia dalam psikoanalisis merupakan suatu gambaran yang sangat teliti dari proses perkembangan psikososial dan psikoseksual, mulai dari lahir sampai dewasa. Dalam teori Freud setiap manusia harus melewati serangkaian tahap perkembangan dalam proses menjadi dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat kepribadian yang bersifat menetap.
Menurut Freud, kepribadian orang terbentuk pada usia sekitar 5-6 tahun (A.Supratika, 1984), yaitu:

Fase Oral ( 0-1 tahun)

Anak memperoleh kepuasaan dan kenikmatan yang bersumber pada mulutnya. Sumber kenikmatan yang pokok adalah makanan. Makanan ini meliputi perangsangan terhadap bibir dan rongga mulut, menelan. Objek sosial terdekat adalah ibu, bila anak tidak menyusu pada ibunya, maka ia memperoleh kepuasaan oral dengan memasukkan jari-jari ke dalam mulutnya. Dua macam aktivitas pada waktu makan yaitu menyuapkan makanan dan mengunyah merupakan prototipe daripada bermacam-macam sifat yang ada pada masa-masa depan. Pemindahan objek dari meyuapkan atau memasukkan makanan ke mulut, misalnya kesenangan untuk memperoleh pengetahuan atau hak milik.

Fase Anal (1-3 tahun)

Fase ini pusat kenikmatan terletak di daerah anus, terutama buang air besar. Ketika pembiasan akan kebersihan, anak mendapat pengalam pertama tentang pengaturan impuls-impuls dari luar. Inilah saat yang paling tepat untuk mengajarkan displin pada anak (toilet training). Pengaruh yang diterima anak dalam pembiasan akan kebersihan ini dapat mempunyai pengaruh yang jauh pada sifat-sifat kepribadian :

a.       Apabila ibu bersikap keras dan menekan, anak akan menahan feses-nya. Apabila reaksi yang demikian ini meluas maka anak dapat mempunyai sifat kurang bebas, kurang berani, tertekan, kurang terbuka. 

b.      Apabila ibu bersikap membimbing dengan kasih sayang dan memuji, maka anak mungkin akan memperoleh perngertian bahwa memproduksi feses adalah aktivitas yang penting. Pengertian inilah yang mungkin menjadia dasar kreativitas dan produktivitas.
  
Fase Falis (3-5 tahun)

Fase ini yang menjadi pusat adalah perkembangan seksual. Anak memindahkan pusat kepuasaan pada daerah kelamin, rasa agresi serta fungsi alat-alat kelamin. Anak mulai tertarik pada perbedaan anatomis antara laki-laki dan perempuan. Pada masa ini adanya Oedipus Kompleks. Secara singkat Oedipus Kompleks itu terdiri atas cathexis seksual terhadap orangtua yang berlainan jenis kelaminnya serta cathexis permusuhan terhadap orangtua yang sama jenis kelaminnya. 

-          Perkembangan kompleks oedipus kompleks pada anak laki-laki. Dororngan incest dengan ibu serta sikap menentang terhadap ayah. Ada ketakutan dikastrasi menyebabkan ditekannya keinginan seksual terhadap ibu dan rasa permusuhan terhadap ayah. Hal ini anak laki-laki mengidentifikasikan diri terhadap ayah mendapatkan dua macam manfaat, yaitu memperoleh kepuasaan dorongan seksual terhadap ibu dan rasa erotisnya terhadap ibu yang berbahaya ditutupi oleh sikap menurut dan sayang terhadap ibu.                         
                   
-          Perkembangan oedipus kompleks pada anak perempuan, anak perempuan mengganti objek cintanya yaitu ibu diganti dengan ayah. Reaksi terhadap pengalaman traumatisnya yaitu anak laki-laki memiliki alat kelamin yang sempurna sedang ia tidak, keadaannya seperti dikastrasi: bahwa ia beranggapan bahwa ibulah yag bertanggung jawab terhadap keadaan yang demikian itu yang melemahkan cathexinya terhadap ibu. Dan ia menstransfer cintanya kepada ayah, karean ayah memiliki organ yang ia inginkan.

Fase Laten (5-12 tahun)

Anak mengalami perkembangan pesat pada aspek motorik dan kognitif. Anak laki-laki lebih banyak bergaul dengan teman sejenis, demikian dengan anak perempuan. Anak mencari figur ideal diantara orang dewasa berjenis kelamin sama dengannya.
  
Fase Genital ( 12 tahun ke atas)

Alat-alat reproduksi sudah mulai masak, pusat kepuasaanya berada pada daerah kelamin. Energi psikis diarahkan untuk hubungan heteroseksual. Rasa cintanya pada anggota keluarga dialihkan pada orang lain yang berlawanan jenis. Pengalaman masa ni akan mempengaruhi pada remaja yang sedang menapak ke dunia dewasa, dunia karir, dan dunia rumah tangga.


B.  Teori Psikoanalisa menurut Erik Erikson
    
          Erikson adalah ego psikolog-Freudian. Ini berarti bahwa ia menerima ide-ide Freud sebagai dasarnya benar, termasuk ide-ide lebih diperdebatkan seperti kompleks oedipal, dan menerima serta ide-ide tentang ego yang ditambahkan oleh loyalis Freudian lain seperti Heinz Hartmann dan, dari, tentu saja, Anna Freud . Namun, Erikson adalah masyarakat yang jauh lebih dan budaya berorientasi daripada kebanyakan Freudians, seperti yang Anda harapkan dari seseorang dengan kepentingan antropologi, dan ia sering mendorong naluri dan alam bawah sadar praktis keluar dari gambar. Mungkin karena ini, Erikson sangat populer di kalangan Freudians dan non-Freudians sama.
Prinsip epigenetik 

     Ia paling terkenal karena karyanya dalam memperbaiki dan mengembangkan teori Freud tahap. Pembangunan, katanya, fungsi oleh prinsip epigenetik. Prinsip ini mengatakan bahwa kita berkembang melalui yang telah ditetapkan terungkapnya kepribadian kita dalam delapan tahap. kemajuan kami melalui setiap tahap adalah sebagian ditentukan oleh keberhasilan kami, atau kurangnya keberhasilan, dalam semua tahapan sebelumnya. Sedikit seperti terbukanya kuncup bunga mawar, setiap kelopak membuka pada waktu tertentu, dalam urutan tertentu, yang alam, melalui genetika tersebut, telah ditentukan. Jika kita ikut campur dalam urutan alam pembangunan dengan menarik ke depan kelopak prematur atau rusak, kita merusak perkembangan seluruh bunga. 

     Setiap tahap melibatkan tugas-tugas perkembangan tertentu yang psikososial di alam. Meskipun ia mengikuti tradisi Freudian dengan menyebut mereka krisis, mereka lebih ditarik keluar dan kurang spesifik dibandingkan istilah yang menyiratkan. Anak di sekolah tata bahasa, misalnya, harus belajar menjadi rajin selama masa hidupnya, dan kerajinan yang dipelajari melalui interaksi sosial yang kompleks dari sekolah dan keluarga. 

   Berbagai tugas yang disebut dengan dua istilah. Tugas bayi, misalnya, disebut "kepercayaan-ketidakpercayaan." Pada awalnya, mungkin tampak jelas bahwa bayi harus belajar kepercayaan dan tidak ketidakpercayaan. Namun Erikson menjelaskan bahwa ada hal keseimbangan kita harus belajar: Tentu saja, kita perlu belajar kebanyakan kepercayaan, tetapi kita juga perlu belajar ketidakpercayaan sedikit, agar tidak tumbuh menjadi orang-orang bodoh mudah tertipu.

 Setiap tahap memiliki waktu yang tertentu pula. Tidak ada gunanya berusaha buru-buru anak-anak menjadi dewasa, sebagaimana yang umum di antara orang-orang yang terobsesi dengan kesuksesan. Tidak juga mungkin untuk memperlambat kecepatan atau untuk mencoba melindungi anak-anak kita dari tuntutan hidup. Ada waktu untuk setiap tugas.
Delapan tahapan perkembangan psikososial:

a.       Basic Trust vs Basic Mistrust (0-1 tahun)

Kebutuhan akan rasa aman dan ketidakberdayaan. Ibu memiliki peranan secara kualitatif sangat menentukan perkembangan kepribadian seorang anaknya. Bila rasa aman terpenuhi, maka anak akan mengembangkan dasar-dasar kepercayaan pada lingkungan. Sebaliknya bila anak selalu terganggu, tidak pernah merasakan kasih sayang dan rasa aman, anak akan mengembangkan perasaan tidak percaya pada lingkungan.

b.      Autonomy vs Shame & Doubt (18 bulan sampai 3-4 tahun)

Organ-organ tubuh anak sudah lebih masak dan terkoordinasi. Anak dapat melakukan aktivitas secara lebih meluas dan bervariasi. Pengakuan, pujian, perhatian serta dorongan akan menimbulkan perasaan percaya diri, memperkuat egonya. Bila sebaliknya yang terjadi, maka akan berkembang perasaan ragu-ragu. Peranan orangtua sangat penting dalam mengembangkan tahap ini.

c.       Initiative vs Guilt ( 3 sampai 5 atau 6 tahun)

Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan ia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak terbatas adakalanya ia mengalami kegagalan. Pada tahapan ini anak akan mengembangkan sikap insiatif yaitu perasaan bebas untuk melakukan segala sesuatu sendiri. Orang tua dapat mengasuh anaknya dengan cara mendorong anak untuk mewujudkan gagasan dan ide-idenya. Sebaliknya apabila tujuan anak mengalami hambatan maka akan berdampak ia merasa bersalah atau merasa berdosa dan akan mengembangkan sikap menyalahkan diri sendiri.

d.      Industry vs Inferiority (6 sampai 12 tahun )

Anak sudah mulai mampu melakukan pemikiran logis dan anak sudah bersekolah. Tuntutan dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar sudah semakin luas. Bila kemampuan untuk menghadapi tuntutan lingkuangaan dihargai misalnya sekolah, maka akan berkembang rasa bergairah untuk terus lebih produktif. Sebaliknya akan timbul anak akan merasa tidak mampu (inferiority), dan akan mengembangkan sikap rendah diri.

e.       Indentity vs Identity Confusion ( 12 – 20 tahun)

Masa persiapan menuju ke arah kedewasaan didukung pula dengan kemampuan kecakapan yang dimilikinya dan ia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas dirinya . identitas pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan bagaimana cara seseorang bersosialisasi ke tengah masyarakat. Apabila tahapan-tahapan sebelumnya terhambat atau berlangsung tidak baik maka anak tidak mengetahui dan memahami siapa dirinya yang sebenarnya ditengah-tengah pergaulan dan struktur sosial ia akan mengalami kekacauan identitas.

f.       Intimacy vs Isolation ( 20-30 tahun )

Pada masa ini sudah mulai mencari-cari pasangan hidup. Ia sudah muulai selektif dalam membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Seseorang yang berhasil berhubungan baik dengan orang lain yang sepaham dan membagi kasih sayang juag perhatian akan mencapai kelekatan dan kedekatan dengan orang lain. Sebaliknya bla ia tidak bisa menjalin hubungan dengan orang lain dengan baik maka akan merasa terasing dan mengembangkan sikap menyendiri.
Generativity vs Stagnasion ( 30 sampai 60 tahun )
Pada tahapan ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Krisis yang dihadapi individu pada masa ini adalah adanya tuntutan untu membantu orang lain di luar keluarga, pengabdian masyarakat. Pengalamannya di masa lalu dapat menyebabkan individu mampu berbuat banyak bagi kemanusiaan, khususnya generasi yang akan datang. Sebaliknya bila ia hanya menyimpan pengalaman-pengalamannya dan mengembangkan sikap tidak perduli maka ia tidak akan dapat berperan baik dalam lingkuangan kehidupannya.

h.      Integrity vs Despair ( 60-65 ke atas )

Tahap ini tahapan sulit dilewati menurut pandangan sebagian orang dikarenakan mereka sudah merasa terasing dari liingkuangan kehidupannya, karena pada usia senja dianggap tidak dapat berbuat apa-apa lagi atau tidak berguan. Integritas memiliki arti tersendiri yakni menerima hidup juga menerima akhir dari hidup itu sendiri, sebaliknya bila ia didalam dirinya tidak terdapat integritas maka akan mengembangkan sikap cemas.

                http://webspace.ship.edu/cgboer/erikson.html

1 komentar: