Orang
yang pengidap gangguan makan berlebihan menunjukkan pola makan secara
berlebihan berulang kali tetapi tidak mengeluarkan makanan tersebut sesudahnya,
BED diklasifikasikan dalam manual DSM sebaga gangguan potensial yang
membutuhkan studi lebih lanjut. Saat ini masih selalu sedikit yang kita ketahui
tentang karakteristik orang-orang pengidap BED untuk menarik kesimpulan BED
sebagai kategori diagnostik yang sah. Kriteria yang digunakan untuk
mendiagnosis gangguan ini membutuhkan evaluasi lebih jauh lag. Saat ini,
orang-orang yang dikenakan diagnosis ini menunjukkan kondisi makan berlebihan
setidaknya 2 hari dalam seminggu selama 3 bulan (Stotland, 2000). Selama dekade
makan berlebihan, mereka akan terus makan meskipun sudah merasa kenyang. Penderita
merasa malu bila terlihat saat makan berlebihan dan merasa bersalah sesudahnya.
Bukti
yang ada menunjukkan bahwa tidak seperti bulimia, BED lebih umum ditemukan di antara
individu yang mengalami obesitas (Spitzer dkk, 1992). BED dipercaya
mempengaruhi 2% darin populasi (Goode, 2000). BED sering kali diasosiasikan
dengan depresi dan usaha yang gagal dalam menurunkan berat badan sehingga
mereka mempertahankannya. Orang-orang dengan BED cenderung berusia lebih tua
daripada penderita anoreksia dan bulimia (Arnow, Kenardy & Agras, 1992). Seperti
gangguan makan lainnya, kondisi ini lebih banyak ditemukan pada wanita.
Orang-orang
dengan BED sering kali digambarkan sebagai “makan berlebih yang komplusif”. Selama
makan berlebihan mereka merasa kehilangan kontrol terhadap aktivitas makan
mereka. BED mungkin berada pada ranah yang lebih luas dari pada perilaku
kompulsif yang memiliki karakteristik ketidakmampuan mengontrol perilaku
maladaptif, seperti judi patologis (pathological
gambling) dan gangguan penyalahgunaan zat (substance abuse disorder). Riwayat diet dapat memainkan peran yang
penting pada sejumlah kasus BED, meskipun riwayat ini tampaknya merupakan
faktor yang kurang penting dalam BED daripada dalam bulimia (Howard &
Porzelius, 1999).
Teknik
kognitif-behavioral telah menunjukkan efek positif dalam menangani BED (Wilson
& Fairburn, 1998). Antidepresan jugan menurunkan frekuensi episode makan
berlebihan dengan membantu mengatur tingkat serotonin pada otak (McElroy dkk, 2000; Stotland, 2000)
Sumber :
Greene, B., Nevid, JS.,
Rathus. 2005. Psikologi Abnormal.
Jakarta : Penerbit Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar