Jumat, 04 Mei 2012

perkembangan kognitif pada bayi


a)   Definisi Kognitif
Menurut Estes (dalam Gage, 1998) Cognitive ability/inteligence : “ Adaptive behavior of the individual usually characterized by some element of problem solving and directed by cognitivive procesess and operations” Tingkah laku adaptif dari individu yang umumnya didasari oleh beberapa elemen pemecahan masalah dan diarahkan oleh proses kognitif dan pengoperasiannya.
Menurut Vigotsky (dalam Papalia, Diane, & Olds, 1989)  mengemumakakan bahwa kognitif adalah suatu perkembangan anak yang tidak lepas dari lingkungan dan budaya yang membentuknya.
Menurut Piaget (dalam Papalia, Diane, & Olds, 1989), kognitif adalah suatu pikiran yang dapat menyusun aktivitas dan dapat melakukan adaptasi terhadap lingkungan.
Menurut pendekatan Behaviourisme (dalam Papalia, Diane, & Olds, 2009) mengemukakan bahwa perkembangan kognitif berkonsentrasi pada bagaimana tingkah laku berubah sebagai respons terhadap pengalaman.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa perkembangan kognitif adalah suatu perkembangan pikiran yang dapat berpengaruh pada perkembangan aktivitas bayi dalam beradaptasi terhadap lingkungan.

b)   Unsur-unsur dalam Perkembangan Kognitf :
Cognitive ability mencakup 3 unsur yaitu :
a.       The ability to deal with abstraction
Kemampuan menghadapi masalah abstrak seperti gagasan, simbol, hubungan, konsep, prinsip.
b.      The ability to solve problems
Menangani situasi baru, tidak sekedar membuat respon terlatih terhadap situasi yang sudah dikenal (familiar)
c.       The ability to learn
Terutama memahami dan menggunakan simbol-simbol abstrak seperti simbol verbal dan lain-lain (Gage & Berliner, 1998)
Menurut Bloom , Ranah Kognitif memiliki tahapan sebagai berikut :
-          Mengingat
-          Memahami
-          Menganalisa
-          Menciptakan (kreativitas)

C. Teori perkembangan Kognitif
Pandangan Menurut Piaget (dalam Jan Prasetyo, 2011)
 a).  Fokus pada perkembangan kemampuan anak dalam memaknakan dunia sekitarnya .
b).  Piaget menyebut konsep anak akan dunia sebagai SCHEME (skema).
       c).  Untuk mengenali dunia anak menggunakan asimilasi untuk memahami konsep baru .
             Contoh :  hewan berkaki empat adalah sapi dan ketika bayi harus memodifikasi scheme yang dimiliki maka ia akan menggunakan akomodasi, contoh melihat kuda: hewan kaki empat tidak hanya sapi tapi juga kuda.
Pandangan piaget pada bayi didapat secara primer dari observasi dan eksperimen sederhana terhadap 3 anaknya sendiri selama 2 tahun pertama kehidupan mereka. Perilaku Jacqueline kecil, Luciene kecil dan membuat piaget percaya bahwa bentuk paling dini dari inteligensi adalah senseorik dan fisik alami dari bayi sampai 1,5 tahun disebut tahap sensori motor dari perkembangan.
Biasanya inteligensi dikonsepkan sebagai aktivitas mental yaitu mengingat pengalaman-pengalaman yang pernah kita alami, kita pikirkan, melatih mencarai solusi dari suatu masalah secara kejiwaan, membentuk citra mental terhadap realita. Tetapi Piaget menekankan bahwa intelegensi dapat sebagai fisik juga.
Sensorimotor berarti bayi dapat tahu benda seperti apa atau suara seperti apa, tahu bagaimana memanipulasi objek. Batasan yang jelas dari fungsi sensorimotor bahwa tidak mengingatkan bayi tentang masa lalu, mengantisipasi masa depan, membentuk images dari objek atau merefleksikannya pada pengalaman-pengalam mereka (Mandhler, 1990).  Piaget percaya bahwa bayi tidak memiliki kesadaran bahwa dunia terlepas dari kegiatan mereka.
Skema
Meski bayi tidak dapat mengkonseptualisasi, tapi mampu mengorganisasi kegiatan dan inteliigentlooking yang disebut skema. Sensorimotor ekuivalen dengan konsep, skema-skema menunjukkan kecenderungan organisasi dimana Piaget menjelaskannya sebagai karakteristik semua organisme hidup. Contoh : bayi baru lahir akan menghisap tanpa pilih-pilih semua benda yang dimasukkan ke dalam mulutnya sejalan dengan waktu dan pengalaman, bayi akan lebih selektif dan menghisap hanya bila sesuai seperti bila ada puting ibu. Selektivitas ini mengindikasikan adaptasi terhadap lingkungan, karena bayi mengasimilasi pengalaman-pengalaman baru dan mengakomodasi perilaku selanjutnya.
Sensori Motorik Stages
Menurut Piaget ( dalam Papalia, Diane & Olds, 2009).
  1. Substage 1 (Lahir - 1 Bulan )
Bayi melatih refleks bawaan mereka dan mendapatkan kontrol dalam menggunakannya. Mereka tidak mengoordinasikan informasi dari panca inderanya. Mereka tidak menggengam objek yang mereka sedang lihat. Contohnya : bayi mulai menghisap ketika payudara ibunya dimulutnya.
  1. Substage 2 (Usia 1-4 bulan )
Bayi mengulang-ulang tingkah laku menyenangkan yang pertama kali terjadi kebetulan seperti : mengisap. Berbagai aktivitas berfokus pada tubuh bayi terhadap lingkungan. Bayi memperoleh adaptasi pertama yaitu mereka menghisap berbagai objek . mereka mulai mengoordinasi informasi sensori dan menggengam objek. Orang tua sering memperhatikan semua yang diraih oleh bayi-bayi mereka dibawa masuk ke dalam mulut untuk dihisap.
Bayi akan berusaha untuk meraih apapun untuk dimasukkan ke dalam mulutnya. Gambaran terpenting pada substage ini yaitu primary circular reaction diman secara kebetulan bayi menemukan pengalaman sensorik atau motorik yang menarik yang dikaitkan dengan tubuhnya yang selanjutnya diulangi lagi.
  1. Substage 3 (Usia 4-8 Bulan)
Selama substage ini koordinasi skema-skema terus berlanjut dan reaksi sirkuler terlihat pada substage 2 dalam dimensi baru. Aktivitas-aktivitas berulang yang diorientasikan terhadap tubuh mereka sendiri yang memberikan hasil yang menarik. Bayi melatih skema-skema sensorimotor mereka, lebih tertarik pada kegiatan mereka sendiri daripada terhadap benda-benda untuk kegiatan tersebut. Mereka lebih tertarik pada pengalaman meraih daripda benda yang diraihnya.
Pada substage 3 ini, bayi tertarik pada efek kegiatan mereka terhadap dunia luar, dalam usaha memperpanjang pengalaman. Bayi menunjukkan secondary circular reaction, perilaku yang diulang-ulang dengan efek yang menyenangkan terhadap lingkungannya.  Berbagai tindakan disengaja tapi belum bertujuan.
  1. Substage 4 (Usia 8-12 Bulan)
Substage ini merupakan aktivitas yang benar-benar terencana dan bertujuan sejalan dengan bayi mengoordinasikan skema yang telah dipelajari dan menggunakan tingkah laku yang telah dipelajari untuk mendapatkan tujuan mereka, seperti merangkak ke ujung ruangan untuk mendapatkan mainan yang diinginkan. Mereka dapat mengantisipasi berbagai kejadian.
  1. Substage 5 (Usia 12-18 Bulan)
Anak menunjukkan rasa ingin tahu dan bereksperimen dengan penuh tujuan memvariasikan tindakan mereka untuk melihat hasilnya . Mereka secara aktif menjelajah dunia mereka untuk menentukan hal baru tentang objek, kejadian, atau situasi . Pada substage 5 , terdapat pengulangan tapi juga terdapat suatu usaha untuk memvariasikan aktivitas sebagai ganti dari pengulangan sederhana, perilaku ini disebut tertiary circular reaction. Anak-anak menikmati hal-hal yang baru dan mencari cara untuk menghasilkan pengalaman yang menarik.
  1. Substage 6 (Usia 18-24 Bulan)
Anak merepresentasikan secara mental berbagai kejadian, mereka tidak lagi menerapkan trial and eror untuk memecahkan masalah. Pikiran simbolis memungkinkan anak untuk mulai berpikir terhadap berbagai kejadian dan mengantisipasikan konsekuensinya tanpa selalu menghasilkan tindakan. Anak mulai mendemonstrasikan inisight. Mereka dapat menggunakan simbol, seperti isyarat dan kata, dapat berpura-pura.

D.  Perkembangan Kognitif Anak Usia 1 – 2 Tahun (12 – 24 bulan)
Menurut Melly Latifah (2010), sewaktu lahir, berat otak anak sekitar 27% berat otak orang dewasa. Pada usia 2 tahun, berat otak anak sudah mencapai 90% dari berat otak orang dewasa (sekitar 1200 gram). Hal ini menunjukkan bahwa pada usia ini, masa perkembangan otak sangat pesat. Pertumbuhan ini memberikan implikasi terhadap kecerdasan anak.
Pada usia 1 – 2 tahun, anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Pada usia ini, anak mengembangkan rasa keingintahuannya melalui beberapa hal berikut ini :
  1. Belajar melalui pengamatan/ mengamati.
Mulai usia 13 bulan, anak sudah mulai mengamati hal-hal di sekitarnya. Banyak “keajaiban” di sekitarnya mendorong rasa ingin tahu anak. Anak kemudian melakukan hal-hal yang sering dianggap bermain, padahal anak sedang mencari tahu apa yang akan terjadi kemudian setelah anak melakukan suatu hal sebagai pemuas rasa ingin tahunya. Pada usia 19 bulan, anak sudah dapat mengamati lingkungannya lebih detail dan menyadari hal-hal yang tidak semestinya terjadi berdasarkan pengalamannya.

  1. Meniru orang tua.
Anak belajar dari lingkungan sekitarnya. Sekitar usia 17 bulan, anak sudah mulai mengembangkan kemampuan mengamati menjadi meniru. Hal yang ditirunya adalah hal-hal yang umumnya dilakukan orangtua. Pada usia 19 bulan, anak sudah banyak dapat meniru perilaku orangtua.

  1. Belajar konsentrasi.
Pada usia 14 bulan, anak sudah mengarahkan daya pikirnya terhadap suatu benda. Hal ini dapat dilihat pada ketekunan anak dengan satu mainan atau satu situasi. Kemampuan anak untuk berkonsentrasi tergantung pada keadaan atau daya tarik berbagai hal yang ada di sekelilingnya. Kemampuan anak untuk berkonsentrasi pada usia ini adalah sekitar 10 menit.

  1. Mengenal anggota badan.
Pada usia sekitar 15 bulan, anak sudah dapat diajarkan untuk mengucapkan kata-kata. Anak-anak akan merasa sangat senang jika orangtua mengajarkan kata-kata yang bernamakan anggota tubuhnya sambil menunjukkan anggota tubuhnya.

  1. Memahami bentuk, kedalaman, ruang dan waktu.
Pada tahun kedua, anak sudah memiliki kemampuan untuk memahami berbagai hal. Melalui pengamatannya, anak menemukan adanya bentuk, tinggi atau rendah benda (kedalaman) dan membedakan kesempatan berdasarkan tempat (ruang ) dan waktu. Pemahaman ini mulai tampak pada usia 18 – 24 bulan.

6.    Mulai mampu berimajinasi.
Kemampuan berimajinasi atau membentuk citra abstrak berkembang mulai usia 18 bulan. Anak sudah mulai menampakkan kemampuan untuk memikirkan benda yang tidak dilihatnya.

7.    Mampu berpikir antisipatif.
Kemampuan ini mulai tampak pada anak usia 21 – 23 bulan. Anak tidak sekedar mengimajinasikan benda yang tidak ada di hadapannya, lebih jauh lagi dia mulai dapat mengantisipasi dampak yang akan terjadi pada hal yang dilakukannya.

8.    Memahami kalimat yang terdiri dari beberapa kata.
Pada usia 12 – 17 bulan, anak sudah dapat memahami kalimat yang terdiri atas rangkaian beberapa kata. Selain itu, anak juga sudah dapat mengembangkan komunikasi dengan menggunakan gerakan tubuh, tangisan dan mimik wajah. Pada usia 13 bulan, anak sudah mulai dapat mengucapkan kata-kata sederhana seperti “mama” atau “papa”. Pada usia 17 bulan, umumnya anak sudah dapat mengucapkan kata ganti diri dan merangkainya dengan beberapa kata sederhana dan mengutarakan pesan-pesan seperti: “ Adik mau susu.”

9.    Cepat menangkap kata-kata baru.
Pada usia 18 – 23 bulan, anak mengalami perkembangan yang pesat dalam mengucapkan kata-kata. Perbendaharaan kata anak-anak pada usia ini mencapai 50 kata. Selain itu, anak sudah mulai sadar bahwa setiap benda memiliki nama sehingga hal ini mendorongnya untuk melancarkan kemampuan bahasanya dan belajar kata-kata baru lebih cepat.

 
DAFTAR PUSTAKA

Gage, N. L., Berliner, D. C. (1998). Educational Psychology 6th ed. Boston: Houghton Mifflin
Company.
Latifah Melly. 2010. Karakteristik Perkembangan Kognitif Anak Usia 1-3 tahun. Retrieved
Papalia, Diane E. & Olds, Sally Wendkos. 1989. Human Development. McGraw-Hill Book
Company.
Papalia, Diane E. & Olds, Sally Wendkos. 2009. Human Development. McGraw-Hill Book
Company.
Prasetyo, Jan. Teori Perkembangan Kognitif Piaget. Retrieved from repository.ui.ac.id/dok
-umen/lihat/3660.pdf.  7 Oktober 2011


Tidak ada komentar:

Posting Komentar