a)
Definisi Kognitif
Menurut Estes (dalam Gage, 1998) Cognitive
ability/inteligence : “ Adaptive behavior of the individual usually
characterized by some element of problem solving and directed by cognitivive
procesess and operations” Tingkah laku adaptif dari individu yang umumnya
didasari oleh beberapa elemen pemecahan masalah dan diarahkan oleh proses
kognitif dan pengoperasiannya.
Menurut Vigotsky (dalam Papalia, Diane, &
Olds, 1989) mengemumakakan bahwa kognitif
adalah suatu perkembangan anak yang tidak
lepas dari lingkungan dan budaya yang membentuknya.
Menurut Piaget (dalam Papalia,
Diane, & Olds, 1989), kognitif adalah suatu pikiran yang dapat
menyusun aktivitas dan dapat melakukan adaptasi terhadap lingkungan.
Menurut pendekatan Behaviourisme (dalam
Papalia, Diane, & Olds, 2009) mengemukakan bahwa perkembangan
kognitif berkonsentrasi pada bagaimana tingkah laku berubah sebagai respons
terhadap pengalaman.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat
disimpulkan bahwa perkembangan kognitif adalah suatu perkembangan pikiran yang
dapat berpengaruh pada perkembangan aktivitas bayi dalam beradaptasi terhadap
lingkungan.
b)
Unsur-unsur
dalam Perkembangan Kognitf :
Cognitive ability mencakup 3 unsur yaitu :
a.
The ability to deal with abstraction
Kemampuan menghadapi masalah abstrak seperti gagasan, simbol, hubungan,
konsep, prinsip.
b.
The ability to solve problems
Menangani situasi baru, tidak sekedar membuat respon terlatih terhadap
situasi yang sudah dikenal (familiar)
c.
The ability to learn
Terutama memahami dan menggunakan simbol-simbol abstrak seperti simbol
verbal dan lain-lain (Gage & Berliner, 1998)
Menurut Bloom , Ranah Kognitif memiliki tahapan sebagai berikut :
-
Mengingat
-
Memahami
-
Menganalisa
-
Menciptakan (kreativitas)
C. Teori
perkembangan Kognitif
Pandangan
Menurut Piaget (dalam Jan Prasetyo, 2011)
a). Fokus
pada perkembangan kemampuan anak dalam memaknakan dunia sekitarnya .
b). Piaget
menyebut konsep anak akan dunia sebagai SCHEME (skema).
c). Untuk mengenali dunia anak menggunakan
asimilasi untuk memahami konsep baru .
Contoh
: hewan berkaki empat adalah sapi dan
ketika bayi harus memodifikasi scheme yang dimiliki maka ia akan menggunakan akomodasi,
contoh melihat kuda: hewan kaki empat tidak hanya sapi tapi juga kuda.
Pandangan piaget pada bayi didapat secara primer dari observasi dan
eksperimen sederhana terhadap 3 anaknya sendiri selama 2 tahun pertama
kehidupan mereka. Perilaku Jacqueline kecil, Luciene kecil dan membuat piaget
percaya bahwa bentuk paling dini dari inteligensi adalah senseorik dan fisik
alami dari bayi sampai 1,5 tahun disebut tahap sensori motor dari perkembangan.
Biasanya inteligensi dikonsepkan sebagai aktivitas mental yaitu mengingat
pengalaman-pengalaman yang pernah kita alami, kita pikirkan, melatih mencarai
solusi dari suatu masalah secara kejiwaan, membentuk citra mental terhadap realita.
Tetapi Piaget menekankan bahwa intelegensi dapat sebagai fisik juga.
Sensorimotor berarti bayi dapat tahu benda seperti apa atau suara seperti
apa, tahu bagaimana memanipulasi objek. Batasan yang jelas dari fungsi
sensorimotor bahwa tidak mengingatkan bayi tentang masa lalu, mengantisipasi
masa depan, membentuk images dari objek atau merefleksikannya pada
pengalaman-pengalam mereka (Mandhler, 1990). Piaget percaya bahwa bayi tidak memiliki
kesadaran bahwa dunia terlepas dari kegiatan mereka.
Skema
Meski bayi tidak dapat mengkonseptualisasi, tapi mampu mengorganisasi
kegiatan dan inteliigentlooking yang
disebut skema. Sensorimotor ekuivalen dengan konsep, skema-skema menunjukkan
kecenderungan organisasi dimana Piaget menjelaskannya sebagai karakteristik
semua organisme hidup. Contoh : bayi baru lahir akan menghisap tanpa
pilih-pilih semua benda yang dimasukkan ke dalam mulutnya sejalan dengan waktu
dan pengalaman, bayi akan lebih selektif dan menghisap hanya bila sesuai
seperti bila ada puting ibu. Selektivitas ini mengindikasikan adaptasi terhadap
lingkungan, karena bayi mengasimilasi pengalaman-pengalaman baru dan
mengakomodasi perilaku selanjutnya.
Sensori
Motorik Stages
Menurut Piaget ( dalam Papalia, Diane & Olds,
2009).
- Substage 1 (Lahir - 1 Bulan )
Bayi melatih refleks bawaan mereka dan mendapatkan kontrol dalam
menggunakannya. Mereka tidak mengoordinasikan informasi dari panca inderanya.
Mereka tidak menggengam objek yang mereka sedang lihat. Contohnya : bayi mulai
menghisap ketika payudara ibunya dimulutnya.
- Substage 2 (Usia 1-4 bulan )
Bayi mengulang-ulang tingkah laku menyenangkan yang pertama kali terjadi
kebetulan seperti : mengisap. Berbagai aktivitas berfokus pada tubuh bayi
terhadap lingkungan. Bayi memperoleh adaptasi pertama yaitu mereka menghisap
berbagai objek . mereka mulai mengoordinasi informasi sensori dan menggengam
objek. Orang tua sering memperhatikan semua yang diraih oleh bayi-bayi mereka
dibawa masuk ke dalam mulut untuk dihisap.
Bayi akan berusaha untuk meraih apapun untuk dimasukkan ke dalam mulutnya.
Gambaran terpenting pada substage ini yaitu primary
circular reaction diman secara kebetulan bayi menemukan pengalaman sensorik
atau motorik yang menarik yang dikaitkan dengan tubuhnya yang selanjutnya
diulangi lagi.
- Substage 3 (Usia 4-8 Bulan)
Selama substage ini koordinasi skema-skema terus berlanjut dan reaksi
sirkuler terlihat pada substage 2 dalam dimensi baru. Aktivitas-aktivitas
berulang yang diorientasikan terhadap tubuh mereka sendiri yang memberikan
hasil yang menarik. Bayi melatih skema-skema sensorimotor mereka, lebih
tertarik pada kegiatan mereka sendiri daripada terhadap benda-benda untuk
kegiatan tersebut. Mereka lebih tertarik pada pengalaman meraih daripda benda
yang diraihnya.
Pada substage 3 ini, bayi tertarik pada efek kegiatan mereka terhadap dunia
luar, dalam usaha memperpanjang pengalaman. Bayi menunjukkan secondary circular reaction, perilaku
yang diulang-ulang dengan efek yang menyenangkan terhadap lingkungannya. Berbagai tindakan disengaja tapi belum
bertujuan.
- Substage 4 (Usia 8-12 Bulan)
Substage ini merupakan aktivitas yang benar-benar terencana dan bertujuan
sejalan dengan bayi mengoordinasikan skema yang telah dipelajari dan
menggunakan tingkah laku yang telah dipelajari untuk mendapatkan tujuan mereka,
seperti merangkak ke ujung ruangan untuk mendapatkan mainan yang diinginkan.
Mereka dapat mengantisipasi berbagai kejadian.
- Substage 5 (Usia 12-18 Bulan)
Anak menunjukkan rasa ingin tahu dan bereksperimen dengan penuh tujuan
memvariasikan tindakan mereka untuk melihat hasilnya . Mereka secara aktif
menjelajah dunia mereka untuk menentukan hal baru tentang objek, kejadian, atau
situasi . Pada substage 5 , terdapat pengulangan tapi juga terdapat suatu usaha
untuk memvariasikan aktivitas sebagai ganti dari pengulangan sederhana,
perilaku ini disebut tertiary circular
reaction. Anak-anak menikmati hal-hal yang baru dan mencari cara untuk
menghasilkan pengalaman yang menarik.
- Substage 6 (Usia 18-24 Bulan)
Anak merepresentasikan secara mental berbagai kejadian, mereka tidak lagi
menerapkan trial and eror untuk memecahkan masalah. Pikiran simbolis
memungkinkan anak untuk mulai berpikir terhadap berbagai kejadian dan
mengantisipasikan konsekuensinya tanpa selalu menghasilkan tindakan. Anak mulai
mendemonstrasikan inisight. Mereka dapat menggunakan simbol, seperti isyarat dan
kata, dapat berpura-pura.
D. Perkembangan Kognitif Anak Usia 1 – 2 Tahun (12 – 24 bulan)
Menurut Melly Latifah (2010), sewaktu lahir, berat otak anak sekitar 27% berat otak
orang dewasa. Pada usia 2 tahun, berat otak anak sudah mencapai 90% dari berat
otak orang dewasa (sekitar 1200 gram). Hal ini menunjukkan bahwa pada usia ini,
masa perkembangan otak sangat pesat. Pertumbuhan ini memberikan implikasi
terhadap kecerdasan anak.
Pada usia 1 – 2 tahun, anak memiliki rasa ingin tahu
yang sangat besar. Pada usia ini, anak mengembangkan rasa keingintahuannya
melalui beberapa hal berikut ini :
- Belajar melalui pengamatan/ mengamati.
Mulai usia
13 bulan, anak sudah mulai mengamati hal-hal di sekitarnya. Banyak “keajaiban”
di sekitarnya mendorong rasa ingin tahu anak. Anak kemudian melakukan hal-hal
yang sering dianggap bermain, padahal anak sedang mencari tahu apa yang akan
terjadi kemudian setelah anak melakukan suatu hal sebagai pemuas rasa ingin
tahunya. Pada usia 19 bulan, anak sudah dapat mengamati lingkungannya lebih
detail dan menyadari hal-hal yang tidak semestinya terjadi berdasarkan
pengalamannya.
- Meniru orang tua.
Anak belajar
dari lingkungan sekitarnya. Sekitar usia 17 bulan, anak sudah mulai
mengembangkan kemampuan mengamati menjadi meniru. Hal yang ditirunya adalah
hal-hal yang umumnya dilakukan orangtua. Pada usia 19 bulan, anak sudah banyak
dapat meniru perilaku orangtua.
- Belajar konsentrasi.
Pada usia 14
bulan, anak sudah mengarahkan daya pikirnya terhadap suatu benda. Hal ini dapat
dilihat pada ketekunan anak dengan satu mainan atau satu situasi. Kemampuan
anak untuk berkonsentrasi tergantung pada keadaan atau daya tarik berbagai hal
yang ada di sekelilingnya. Kemampuan anak untuk berkonsentrasi pada usia ini
adalah sekitar 10 menit.
- Mengenal anggota badan.
Pada usia
sekitar 15 bulan, anak sudah dapat diajarkan untuk mengucapkan kata-kata.
Anak-anak akan merasa sangat senang jika orangtua mengajarkan kata-kata yang
bernamakan anggota tubuhnya sambil menunjukkan anggota tubuhnya.
- Memahami bentuk, kedalaman, ruang dan waktu.
Pada tahun
kedua, anak sudah memiliki kemampuan untuk memahami berbagai hal. Melalui
pengamatannya, anak menemukan adanya bentuk, tinggi atau rendah benda
(kedalaman) dan membedakan kesempatan berdasarkan tempat (ruang ) dan waktu.
Pemahaman ini mulai tampak pada usia 18 – 24 bulan.
6. Mulai
mampu berimajinasi.
Kemampuan
berimajinasi atau membentuk citra abstrak berkembang mulai usia 18 bulan. Anak
sudah mulai menampakkan kemampuan untuk memikirkan benda yang tidak dilihatnya.
7. Mampu berpikir antisipatif.
Kemampuan
ini mulai tampak pada anak usia 21 – 23 bulan. Anak tidak sekedar
mengimajinasikan benda yang tidak ada di hadapannya, lebih jauh lagi dia mulai
dapat mengantisipasi dampak yang akan terjadi pada hal yang dilakukannya.
8. Memahami
kalimat yang terdiri dari beberapa kata.
Pada usia 12
– 17 bulan, anak sudah dapat memahami kalimat yang terdiri atas rangkaian
beberapa kata. Selain itu, anak juga sudah dapat mengembangkan komunikasi
dengan menggunakan gerakan tubuh, tangisan dan mimik wajah. Pada usia 13 bulan,
anak sudah mulai dapat mengucapkan kata-kata sederhana seperti “mama” atau
“papa”. Pada usia 17 bulan, umumnya anak sudah dapat mengucapkan kata ganti
diri dan merangkainya dengan beberapa kata sederhana dan mengutarakan
pesan-pesan seperti: “ Adik mau susu.”
9. Cepat
menangkap kata-kata baru.
Pada usia 18
– 23 bulan, anak mengalami perkembangan yang pesat dalam mengucapkan kata-kata.
Perbendaharaan kata anak-anak pada usia ini mencapai 50 kata. Selain itu, anak
sudah mulai sadar bahwa setiap benda memiliki nama sehingga hal ini
mendorongnya untuk melancarkan kemampuan bahasanya dan belajar kata-kata baru
lebih cepat.
DAFTAR
PUSTAKA
Gage, N.
L., Berliner, D. C. (1998). Educational Psychology 6th ed. Boston:
Houghton Mifflin
Company.
Latifah Melly. 2010. Karakteristik
Perkembangan Kognitif Anak Usia 1-3 tahun.
Retrieved
From:http://leekhaflanella.multiply.com/journal/item/195?&show_interstitial=
1&u=%2Fjournal%2Fitem. 7
Oktober 2011
Papalia, Diane E. & Olds, Sally Wendkos. 1989. Human Development. McGraw-Hill Book
Company.
Papalia, Diane E. & Olds, Sally Wendkos. 2009. Human Development. McGraw-Hill Book
Company.
Prasetyo, Jan. Teori
Perkembangan Kognitif Piaget. Retrieved from repository.ui.ac.id/dok
-umen/lihat/3660.pdf. 7 Oktober 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar